Thursday, January 13, 2011

Optimasi Jaring Pada Pengukuran Orde3 Menggunakan Perataan Parameter


BAB I
PENDAHULUAN



1.1         Latar Belakang
Badan Pertanahan Nasional (BPN) mulai pada tahun 1996 menetapkan penggunaan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN’95) sebagai datum rujukan  pengukuran dan pemetaan  di lingkungan BPN. Perwujudan dari rujukan tersebut adalah pengadaan Jaring Kontrol Geodesi Nasional (JKGN) yaitu orde-2, orde-3, dan orde-4. Titik-titik dasar teknik  orde-2, orde-3, dan orde-4 diperlukan sebagai kerangka dasar referensi nasional yang digunakan untuk pemetaan bidang tanah secara nasional. Dalam penyelenggaraan JKGN ini sangat terkait dengan ketelitian, sehingga pada pelaksanaan pengukuran titik dasar teknik, BPN mempunyai ketentuan tentang  metode pengamatan yang digunakan. Metode Pengamatan yang digunakan antara lain adalah metode pengamatan satelit dan metode pengukuran terestris. Metode pengamatan satelit dilakukan pada pengukuran orde-2 dan orde-3 sedangkan metode pengukuran terestris untuk orde-4.
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai metode pengamatan satelit pada pengukuran orde-3 yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah BPN Propinsi  yang ditentukan dengan survei GPS. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketetelitan dalam penentuan posisi  GPS antara lain; ketelitian data, strategi pengamatan, geometri pengamatan, dan strategi pengolahan data. Dalam survei GPS, pengolahan data GPS dimaksudkan untuk menghitung koordinat dari titik-titik dalam suatu jaringan berdasarkan data-data pengamatan, sehingga mendapatkan koordinat titik orde-3 yang memenuhi spesifikasi teknis dan hal ini merupakan suatu proses yang cukup ekstensif.
Terkait dengan ketelitian yang ingin dicapai pada suatu pengukuran, saat pengambilan data di lapangan diberikan ukuran lebih, yaitu pengukuran yang melebihi batas ketentuannya. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang optimal dan ketelitian yang baik sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu diperlukan optimasi jaring pada pengukuran orde-3. Optimasi jaring ini dapat dilakukan dengan pemilihan baseline-baseline dari suatu pengukuran orde-3 yang telah dilakukan. Hal ini karena banyak data ukuran yang diperoleh dan belum tentu semua data ukuran tersebut mendekati nilai sebenarnya. Selain itu optimasi jaring ini juga dapat meminimalisir kesalahan pengukuran. Untuk menentukan nilai terbaik dari beberapa kali pengukuran diperlukan suatu metode hitungan tertentu. Salah satu metode hitungan yang dapat digunakan untuk menghitung ukuran lebih yaitu metode kuadrat terkecil dengan perataan parameter.


1.2         Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang timbul adalah “Bagaimana mengoptimalkan jaring pada pengukuran orde-3 dengan menggunakan perataan parameter?”




1.3         Batasan Masalah

Batasan permasalahan dari penelitian ini adalah:
1.      Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengukuran orde-3 dilaksanakan oleh Kantor Wilayah BPN Provinsi Kalimantan Selatan  di Kota Banjarmasin.
2.      Jumlah titik orde-3 Kota Banjarmasin sebanyak 44 titik dan 2 titik ikat orde-2.
3.      Dalam penelitian ini, bentuk jaring  pengukuran orde-3 Kantor Wilayah BPN Provinsi Kantor Wilayah BPN Provinsi Kalimantan Selatan  di Kota Banjarmasin merupakan bentuk jarring maksimum.
4.      Metode perhitungan yang akan digunakan pada pengolahan data penelitian ini adalah metode perataan parameter .
5.      Dalam penelitian ini akan dilakukan perhitungan perataan parameter baik dengan memasukkan ketelitian titik ikat yang digunakan maupun tidak dimasukkan ketelitian titik ikat orde-2 tersebut. 
6.      Software yang digunakan untuk perhitungan adalah Matlab 7.0

1.4         Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bentuk jaring orde-3 yang optimal dengan menggunakan metode hitungan perataan parameter agar dapat memperoleh ketelitian orde-3 yang baik serta meminimalisir kesalahan, pada pengukuran orde-3 tersebut.

1.5        Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan rekomendasi kepada Kantor Wilayah BPN Provinsi agar dapat memilih bentuk jaring yang optimal untuk pengolahan data dari pengukuran yang telah dilakukan, sehingga dapat meminimalisir kesalahan pengukuran tersebut.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



2.1     Kerangka Dasar Pemetaan

Dalam pembuatan peta yang dikenal dengan istilah pemetaan dapat dicapai dengan melakukan pengukuran-pengukuran di atas permukaan bumi yang mempunyai bentuk tidak beraturan.Pengukuran dilakukan untuk mementukan posisi (koordinat dn ketinggian) titik-titik dimuka bumi. Titik dimuka bumi yang di ukur, dikelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu titik kerangka dasar dan titik–titik detail. Titik-titik kerangka dasar dengan pengukuran-pengukuran tertentu ditentukan koordinatnya dalam satu sistem koordinat tertentu dan mempunyai fungsi khusus sebagai berikut :

1.   Sebagai titik pengikat (titik referensi),yaitu untuk menentukan koordinat titik-titik lainnya.Misalnya titik A sebagai titik pengikat,dengan mengukur jarak dan arah dari A ke B maka dapat dihitung koordinat titik B
2.   Sebagai titik pengontrol pengukuran-pengukuran yang baru.Dalam hal ini ketelitian titik pengontrol harus lebih tinggi daripada ketelitian pengukuran yang baru.Misalnya titik-titik Adan B merupakan titik pengontrol. (Umaryono,1986).
 Pengukuran-pengukuran dibagi dalam pengukuran yang mendatar untuk mendapat hubungan titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi (Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal) dan pengukuran-pengukuran tegak guna mendapat hubungan tegak antara titik-titik yang diukur (Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal) serta pengukuran titik-titik detail. Kerangka dasar pemetaan untuk pekerjaan rekayasa sipil pada kawasan yang tidak luas, sehingga bumi masih bisa dianggap sebagai bidang datar, umumnya merupakan bagian pekerjaan pengukuran dan pemetaan dari satu kesatuan paket pekerjaan perencanaan dan atau perancangan bangunan teknik sipil. Titik- titik kerangka dasar pemetaan yang akan ditentukan tebih dahulu koordinat dan ketinggiannya itu dibuat tersebar merata dengan kerapatan tertentu, permanen, mudah dikenali dan didokumentasikan secara baik sehingga memudahkan penggunaan selanjutnya.

2.2     Jaring Kontrol Horisontal
Jaring kontrol horisontal adalah sekumpulan titik kontrol horisontal yang satu sama lain dikaitkan dengan data ukuran jarak dan/atau sudut, dan koordinatnya ditentukan dengan metode pengukuran/pengamatan tertentu dalam suatu sistem referensi kordinat horisontal tertentu (BSN, 2002).
Kualitas dari koordinat titik-titik dalam suatu jaring kontrol horisontal umumnya akan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti sistem peralatan yang digunakan untuk pengukuran/pengamatan, geometri jaringan, strategi pengukuran/pengamatan, serta strategi pengolahan data yang diterapkan.
Pengadaan jaring titik kontrol horisontal di Indonesia sudah dimulai sejak jaman penjajahan Belanda, yaitu dengan pengukuran triangulasi yang dimulai pada tahun 1862. Selanjutnya dengan pengembangan sistem satelit navigasi Doppler (Transit), sejak tahun 1974 pengadaan jaring titik kontrol juga mulai memanfaatkan sistem satelit ini. Dengan berkembangnya sistem satelit GPS, sejak tahun 1989, pengadaan jaring titik kontrol horisontal di Indonesia umumnya bertumpu pada pengamatan satelit GPS ini.
Pada dasarnya pada saat ini, jaring titik kontrol horisontal di Indonesia dapat dikelompokkan sebagaimana yang diberikan pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Status Jaring Titik Kontrol Horisontal
Kalsifikasi Jaring
Jarak Tipikal antar Titik
Fungsi saat ini
Metode Pengamatan


Orde-0
500 km
Jaring kontrol geodetik nasional
Survei GPS

Ored-1
100 km
Jaring kontrol geodetik regional
Survei GPS

Orde-2
10 km
Jaring kontrol kadastral regional
Survei GPS

Orde-3
2 km
Jaring kontrol kadastral lokal
Survei GPS

Orde-4
0.1 km
Jaring kontrol pemetaan  kadastral
Survei Poligon

(BSN ,2002)

2.3     Klasifikasi Jaring Titik Kontrol
Dalam pengklasifikasian jaring titik kontrol geodetik di Indonesia ini, ada beberapa faktor yang dijadikan pertimbangan yaitu:
a.       Status dan karakteristik jaring titik kontrol yang sudah ada,
b.      Perkembangan dan kecenderungan teknik dan aplikasi penentuan posisi di masa mendatang, serta
c.       Mekanisme klasifikasi yang digunakan di Negara lain.
Klasifikasi suatu jaring kontrol didasarkan pada tingkat presisi dan tingkat akurasi dari jaring yang bersangkutan, dimana tingkat presisi diklasifikasikan berdasarkan Kelas, dan tingkat akurasi diklasifikasikan berdasarkan Orde (BSN,2002).

2.3.1      Penetapan Kelas Jaringan
Kelas dari suatu jaring titik kontrol pada dasarnya mengkarakterisir ketelitian internal (tingkat presisi) dari jaringan, yang pada dasarnya tergantung pada tiga faktor utama yaitu kualitas data, geometri jaringan, serta metode pengolahan data. Sedangkan kualitas data sendiri akan tergantung pada beberapa faktor seperti sistem peralatan yang digunakan, strategi survei yang diterapkan, serta metode pengeliminasian kesalahan dan bias yang diterapkan. Karena peran dari kualitas pengukuran yang relatif dominan, kelas jaringan sering juga dinamakan kelas pengukuran.
Kelas suatu jaringan jaring titik kontrol horisontal ditentukan berdasarkan panjang sumbu-panjang (semi-major axis) dari setiap ellips kesalahan relative (antar titik) dengan tingkat kepercayaan (confidence level) 95% yang dihitung berdasarkan statistik yang diberikan oleh hasil hitung perataan jaringan kuadrat terkecil berkendala minimal (minimal constrained). Dalam hal ini panjang maksimum dari sumbu-panjang ellips kesalahan relative 95% yang digunakan untuk menentukan kelas jaringan adalah:  
                                r = c ( d + 0.2 )                                    (2.1)
dimana : 
 r   = panjang maksimum dari sumbu-panjang yang diperbolehkan, (mm),
             c   =  faktor empirik yang menggambarkan tingkat presisi survei,
             d   =  jarak antar titik (dalam km). 
Berdasarkan nilai faktor c tersebut, maka kategorisasi kelas jaring titik kontrol  horisontal yang diusulkan diberikan pada Tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2 Kelas (Pengukuran) Jaring Titik Kontrol Horisontal
Kelas
c (ppm)
Aplikasi Tipikal
3A
0.01
Jaring Tetap (Kontinyu) GPS
2A
0.1
Survei geodetik berskala nasional
A
1
Survei geodetik berskala regional
B
10
Survei geodetik berskala lokal
C
30
Survei geodetik untuk prapatan
D
50
Survei pemetaan
   (BSN ,2002)

2.3.2      Penetapan Orde Jaringan
Orde dari suatu jaring titik kontrol pada dasarnya mengkarakterisir tingkat ketelitian jaring, yaitu tingkat kedekatan jaring tersebut terhadap jaring titik kontrol yang sudah ada yang digunakan sebagai acuan. Oleh sebab itu, orde suatu jaring akan tergantung pada kelasnya, tingkat presisi dari titik-titiknya terhadap titik-titik ikat yang digunakan, serta tingkat presisi dari proses transformasi yang diperlukan untuk mentransformasikan koordinat dari suatu datum ke datum yang lainnya. Oleh sebab itu, orde yang ditetapkan untuk suatu jaring titik kontrol:
1.    Tidak boleh lebih tinggi dari orde jaring titik kontrol yang sudah ada yang digunakan sebagai jaring acuan (jaring pengikat), dan
2.    Tidak lebih tinggi dari kelasnya.
Berdasarkan nilai faktor c tersebut, dapat dibuat kategorisasi orde jaring titik kontrol horisontal yang diperoleh dari suatu survei geodetik, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.3 berikut. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, orde jaringan juga akan tergantung pada kelasnya serta orde dari jaring titik kontrol pengikat (acuan) nya (BSN,2002).

Tabel 2.3 Orde Jaring Titik Kontrol Horisontal
Orde
C(ppm)
Jaring Kontrol
Jarak*
Kelas
0
0.01
Jaring fidusial nasional (jaring tetap GPS)
1000
3A
0
0.1
Jaring titik kontrol geodetik nasional
500
2A
1
1
Jaring titik kontrol geodetik regional
100
A
2
10
Jaring titik kontrol geodetik lokal
10
B
3
30
Jaring titik kontrol geodetik prapatan
2
C
4
50
Jaring titik kontrol pemetaan
0.1
D
* Jarak tipikal antar titik yang berdampingan dalam jaringan (dalam km)












(BSN,2002)




2.4     Konfigurasi Jaring Orde-3
Dalam pengadaan suatu jaring titik kontrol, ada beberapa kriteria dan syarat yang harus dipenuhi oleh konfigurasi jaring tersebut, yaitu seperti yang diberikan pada Tabel 2.6. Berkaitan dengan perencanaan konfigurasi jaringan, di samping yang diberikan pada tabel 2.6, ada beberapa spesifikasi teknis yang perlu diperhatikan, yaitu:
-       Desain jaringan harus dibuat diatas fotokopi peta topografi atau peta rupabumi dengan skala yang memadai sehingga dapat menunjukkan desain, geometri, dan kekuatan jaringan sedemikian rupa sehingga spesifikasi ketelitian yang diinginkan dapat terpenuhi;
-       Seluruh baseline dalam jaringan sebaiknya terdistribusi secara relatif homogen, yang ditunjukkan dengan panjang baseline yang relatif sama;
-       Sebelum diimplementasikan, desain jaringan yang digunakan untuk pengamatan harus telah disetujui oleh pihak pemberi kerja dengan dibubuhi tanda tangan atau paraf penanggung jawab kegiatan yang bersangkutan (BSN,2002)

Kriteria
Orde jaringan
00
0
1
2
3
4
Jarak tipikal antar titik yang berdampingan (km)
1000
500
100
10
2
0.1
Jumlah minimum titik ikat berorde lebih tinggi
4
3
3
3
3
3
Koneksi titik ke titik-titik lainnya dalam jaring (jumlah minimum)
semua
3
3
3
3
2
Jumlah baseline minimum yang diamati dua kali (common baseline)
100%
20%
10%
5%
5%
5%
Jumlah baseline dalam suatu suatu loop (maks.)
-
4
4
4
4
-
Tabel 2.6.  Spesifikasi Teknis Konfigurasi Jaringan Titik Kontrol
        ( BSN, 2002)

2.5         Pengolahan Data Pengukuran  Orde-3
Dalam survei dengan GPS, pengolahan data GPS dimaksudkan untuk menghitung koordinat dari titik-titik dalam suatu jaringan berdasarkan data-data pengamatan fase sinyal GPS yang diamati di titik-titik tersebut. Pengolahan data GPS sehingga mendapatkan koordinat titik-titik yang memenuhi spesifikasi teknis adalah suatu proses yang cukup ekstensif. Dalam hal ini ada beberapa karakteristik yang menonjol dari pengolahan data survei GPS yang perlu disebutkan, yaitu :
-       Koordinat titik ditentukan dalam tiga-dimensi terhadap suatu sistem koordinat Kartesian yang geosentrik yang didefinisikan oleh datum WGS 1984,
-       Proses estimasi vektor baseline maupun koordinat titik bertumpu pada metode hitung perataan kuadrat terkecil (least-squares adjustment),
-       Pengolahan data dilakukan setelah data dari beberapa receiver GPS yang terlibat dikumpulkan (post processing mode), dan
-       Pengolahan dilakukan secara bertahap, dari baseline ke baseline, sehingga membentuk suatu jaringan (BSN,2002).

2.5.1     Pengolahan Baseline
Pengolahan baseline pada dasarnya bertujuan menghitung vektor baseline (dX,dY,dZ) menggunakan data fase sinyal GPS yang dikumpulkan pada dua titik ujung dari baseline yang bersangkutan, yang diilustrasikan pada Gambar 2.1


Gambar 2.1 Pengolahan data baseline GPS.
(Abidin,2000)
Pada survei GPS, pengolahan baseline umumnya dilakukan secara beranting satu persatu (single baseline) dari baseline ke baseline, dimulai dari suatu tetap yang telah diketahui koordinatnya, sehingga membentuk suatu jaringan yang tertutup. Tapi perlu juga dicatat di sini bahwa pengolahan baseline dapat dilakukan secara sesi per sesi pengamatan, dimana satu sesi terdiri dari beberapa baseline (single session, multi baseline).
Pada proses pengestimasian vektor baseline, data fase double-difference digunakan. Meskipun begitu biasanya data pseudorange juga digunakan oleh perangkat lunak pengolahan baseline sebagai data pembantu dalam beberapa hal seperti penentuan koordinat pendekatan, sinkronisasi waktu kedua receiver GPS yang digunakan, dan pendeksian cycle slips. Secara skematik, tahapan perhitungan suatu (vektor) baseline ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Untuk  Untuk mengecek kualitas dari vektor baseline yang diperoleh, ada beberapa indikator kualitas yang dapat dipantau, yaitu antara lain
a.         Rms (root mean squares), harga minimum dan maksimum, serta standar deviasi dari residual,
b.         Faktor variansi a posteriori,
c.         Matriks variansi kovariansi dari vektor baseline,
d.        Hasil dari test statistik terhadap residual maupun vektor baseline,
e.         Ellips kesalahan relatif dan titik,
f.          Kesuksesan dari penentuan ambiguitas fase serta tingkat kesuksesannya,
g.         Jumlah data yang ditolak, dan
h.         Jumlah cycle slips.
Disamping indikator-indikator kualitas di atas, kualitas suatu vektor baseline juga akan bisa dicek pada saat perataan jaringan (BSN,2002).

              2.5.2      Perataan Jaringan
Pada perataan jaringan, vektor-vektor baseline yang telah dihitung sebelumnya secara sendiri-sendiri, dikumpulkan dan diproses dalam suatu hitung perataan jaringan (network adjustment) untuk menghitung koordinat final dari titik-titik dalam jaringan GPS yang bersangkutan. Hitung perataan jaringan ini menggunakan metode perataan kuadrat terkecil (least squares adjustment).
Perataan jaringan GPS umumnya dilakukan dalam dua tahap, yaitu perataan jaring bebas (free network adjustment) dan perataan jaring terikat (constrained network adjustment). Perataan jaring bebas dilakukan dengan hanya menggunakan satu titik tetap dan dimaksudkan untuk mengecek konsistensi data vektor baseline, satu terhadap lainnya. Setelah melalui tahapan perataan jaring bebas dan kontrol kualitasnya, selanjutnya vektor-vektor baseline yang ‘diterima’ diproses kembali dalam perataan jaring terikat. Pada perataan ini semua titik tetap digunakan, dan koordinat titik-titik yang diperoleh dan sukses melalui proses kontrol kualitas akan dianggap sebagai koordinat yang final.
Pada prinsipnya hitung perataan jaringan ini akan berguna untuk beberapa hal, yaitu :
a.       Untuk menciptakan konsistensi pada data-data ukuran vektor baseline ,
b.      Untuk mendistribusikan kesalahan dengan cara yang merefleksikan ketelitian pengukuran,
c.       Untuk menganalisa kualitas dari baseline-baseline, serta
d.      Untuk mengidentifikasi baseline-baseline serta titik-titik kontrol yang perlu ‘dicurigai’ (BSN,2002).

2.6     Perataan Parameter
Hitung Perataan parameter merupakan salah satu metode hitungan untuk menentukan nilai yang terbaik,dengan mengunakan persamaan pengamatan. Dalam model hitungan ini model fungsional dan model matematik dinyatakan dalam :










BAB III
METODOLOGI



3.1       Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini mengambil daerah hasil pengukuran Orde-3 Propinsi Kalimatan Selatan di Kota Banjarmasin . Kota Banjarmasin terletak antara 114°31’40″ - 114°39’55″ Bujur Timur dan 3°16’46″ - 3°22’54″  Lintang Selatan dengan luas wilayah 72,67 Km², yang terbagi atas 5 kecamatan dan 50 kelurahan.

3.2       Peralatan dan Bahan

3.2.1    Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1.      Perangkat Keras (Hardware)
a.       Satu buah Personal Computer (PC) Pentium 4 2.80 GHz 512 MB RAM, Hard Disk 160 GB yang digunakan untuk seluruh pengolahan data
b.      Printer Canon Ip 1900 Untuk pencetakan laporan
2.      Perangkat Lunak (Software)
a.       Sistem operasi Windows XP Profesional
b.      Microsoft Word 2007 untuk penulisan laporan
c.       Matlab 7.0 Untuk perhitungan perataan parameter
d.      Software Spektrum SOKKIA untuk membuka data pengukuran orde-3.


3.2.2        Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil pengukuran kerangka kontrol horisontal orde-3 yang telah dilaksanakan oleh petugas ukur Kantor Wilayah Propinsi Kalimantan Selatan kota Banjarmasin.

3.3       Metodologi Penelitian
Tahapan – tahapan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan penelitian ini adalah seperti     diagram berikut ini:
                                                  
Gambar   3.2 Diagram Alir Kegiatan Penelitian

3.3.1        Penjelasan Tahap Penelitian
1.        Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan 2 kegiatan yaitu, perumusan masalah dan studi literatur.
a.       Perumusan masalah adalah langkah awal dilakukan dalam penelitian laporan tugas akhir.
b.      Studi literatur.
Pada tahap ini dilakukan kajian pada beberapa literatur yang berhubungan dengan proses penelitian tugas akhir serhingga mengetahui proses penelitian tugas akhir ini dan mengetahui prosedur penelitian yang benar dan dapat menjadi acuan.



2.        Tahap pengumpulan Data
Pada tahap ini merupakan Data sekunder yaitu pengambilan data dari Kantor Wilayah  Propinsi Kalimantan Selatan meliputi hasil pengukuran kerangka kontrol horisontal orde-3 di Kota Banjarmasin


3.        Tahap Pengolahan Data
Gambar   3.2  Diagram  Pengolahan Data dan Tahap Akhir
                    Berikut penjelasan Diagram Alir:
-       Data yang digunakan adalah data pengukuran orde-3 dengan survai GPS oleh Kantor wilayah BPN Propinsi Kalimantan Selatan di kota Banjarmasin sebanyak 44 titik dengan 2 titik ikat orde-2.
-       Dari bentuk jaring pengukuran orde-3  ini akan dilakukan variatif bentuk jaring dengan cara mengurangi baseline-baseline yang merupakan ukuran lebih pada pengukuran yang telah dilakukan oleh Kantor Wilayah BPN Propinsi Kalimantan Selatan. Pembuatan variatif berbagai bentuk jaring ini  disesuaikan dengan spesifikasi teknis pengukuran orde-3 dalam SNI JKGN 2002 dengan mengurangi baseline-baseline dari ukuran lebih, apabila telah sesuai dengan spesifikasi maka akan berlanjut ke proses berikutnya.
-       Dalam penelitian ini akan dilakukan perhitungan 2 kali yaitu perhitungan koordinat serta ketelitian orde-3 dengan mengikutkan sertakan ketelitian titik ikat  yang digunakan dan perhitungan tanpa mengikutkan ketelitian titik ikat tersebut.
-       Perhitungan koordinat akan dilakukan dengan menggunakan metode perataan parameter dengan bantuan software Matlab.
-       Setelah mendapat hasil koordinat orde-3 dan ketelitiannya maka akan dilakukan analisa pada tahap akhir.
4.    Tahap Akhir
a.         Analisa
-      Ketelitian Koordinat Orde-3
       Dari masing-masing perhitungan perataan parameter baik dengan ketelitian orde-2 maupun tidak, maka diperoleh koordinat orde-3 serta ketelitian. Sehingga dalam hal ini akan dilakukan perbandingan koordinat dan ketelitian yang diperoleh dan dapat diketahui dari varian kovariannnya.
-      Bentuk Jaring
       Dari bentuk jaring pengukuran orde-3 ini setelah dilakukan variatif berbagai bentuk jaring dan perhitungan  maka dapat di dilakukan analisa tentang perubahan bentuk jaring dan jumlah baseline serta dapat dipeoroleh bentuk jaring yang optimal.
-      Nilai Optimal Desain
       Dari variatif berbagai bentuk jaring dan perhitungan dengan menggunakan perataan parameter ini maka dapat diketahui nilai optimal desain  dapat dilihat dari kovaktornya dengan rumus (tr Qxx), dalam penelitian ini juga akan dilakukan analisa menegenai nilai optimal desain antara nilai optimal desain pada perencanaan dan nilai optimal desain yang didapat setelah dilakukan variatif bentuk jaring.
b.        Hasil dan Kesimpulan
Hasil Akhir dari penelitian ini adalah bentuk jaring yang optimal serta ketelitinnya dari pengukuran yang telah dilakukan oleh Kantor wilayah BPN Propinsi Kalimantan Selatan, kemudian saran perbaikan dan rekomendasi.









BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN


4.1         Jadwal Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian tugas akhir ini diperkirakan selesai selama lima bulan. Adapun rencana jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1. berikut:
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Tugas Akhir
No
Kegiatan
Bulan
I
II
III
IV
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
Tahap Persiapan

















  1. Rumusan Masalah
















  1. Studi Literatur
















2.
Tahap Pengumpulan Data
















3.
Tahap Pengolahan Data
















4.
Tahap Akhir

















  1. Analisa
















  1. Hasil Akhir dan Kesimpulan
















5.
Penulisan Laporan

































DAFTAR PUSTAKA



BPN (Badan Pertanahan Nasional). 1997. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan PertanahanNasional No. 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Jakarta: Badan Pertanahan Nasional.

BSN (Badan Standardisasi Nasional). 2002.Standar Nasional Indonesia Jaring Kontrol Horisontal. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

Maula Y dan Kamil.-----. Strategy For Designing Geodetic GPS Networks With High Reliability And Accuracy. Turkey : Geodesy And Photogrametry Engineering Departemet, Karadeniz Technical University.

Mikhail, E. M., dan Gordon Gracie. 1981.Analysis and Adjustment of Survey Measurement. New York: Van Nostrand Reinhold Company, Inc.

Muhamadi, Mansur dan Ira Mutiara. 2002.Hitung Perataan I. Surabaya: TeknikGeodesi Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Nugroho,Widyo.1979. Perataan Jaring Segitiga. Departemen Geodesi-FTSP ITB Bandung

Handoko,Eko Yuli.-----. Optimasi Kerangka Dasar. Teknik Geodesi - ITB

Petunjuk Teknis PMNA/ KBPN Nomor 3 Tahun 1997 Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Purworahardjo,Umaryono U.1994. Ilmu Hitung Perataan Seri A. Departemen Geodesi-FTSP ITB Bandung

Widadi. 2008. Maps Kerangka Dasar Pemetaan, <URL:http://widadiaksoprabu.blogspot.com/2008/07/kerangka-dasar-
pemetaan.html>.Dikunjungi pada tanggal 20 September 2008, jam 08.15WIB.

Wolf, Paul R., dan Charles D. Ghilani. 2002.Elementary Surveying: An Introductionto Geomatics. New Jersey: PrenticeHall.
---------. 2009. letak-geografis-kalsel < URL:http://infokalimantan.wordpress.com/2009/05/21> Dikunjungi pada tanggal 18 September 2010, jam 08.00WIB.





1 comments:

Bohar said...



Agen Judi Bola Online


Agen Judi Casino Online


Agen Judi Sabung Ayam Online



Agen Bola Tangkas Online

Post a Comment