Thursday, January 13, 2011

SIG

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Sistem Informasi Geografis (SIG) diartikan sebagai sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memangggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya.
Pendekatan-pendekatan kelokasian atau lebih dikenal dengan istilah pendekatan keruangan/spasial sangat penting di dalam melakukan analisis-analisis fenomena yang terjadi di bumi ini, baik itu yang sifatnya fisik maupun yang bersifat sosial kemasyarakatan seperti ekonomi, politik, lingkungan, budaya, dsb. Karena jika fenomena itu bisa ditangkap informasinya secara utuh berikut lokasi dan polanya, hal tersebut bisa membantu dalam menyelesaikan atau mencari solusi dari permasalahan terkait muka bumi.
Tentunya untuk mendapatkan informasi yang utuh tersebut diperlukan satu metode yang tepat dan akurat. Antara lain metode itu adalah pemetaan, yang bisa menggambarkan obyek-obyek di muka bumi ini ke dalam media yang lebih kecil sehingga lebih mudah dipahami. Namun pemetaan saja belumlah cukup, data-data atau informasi lainnya pun (yang terkait) perlu digambarkan atau tersaji secara lokasional pula. Sehingga peta dan data (database) nya perlu dihubungkan dengan alat yang tepat. Alat tersebut adalah GIS atau Geographical Information System yang dalam bahasa Indonesia berarti SIG atau Sistem Informasi Geografis. GIS ini merupakan teknik berbasis komputer untuk memasukan, mengolah, dan menganalisis data-data obyek permukaan bumi dalam bentuk grafis, koordinat, dan database; di mana hasilnya bisa menggambarkan sebuah fenomena keruangan (spasia) yang bisa digunakan sebagai basis informasi untuk pengambilan keputusan di berbagai bidang.
Di sisi lain, Sistem Informasi Geografis, yang tidak lain berbasiskan “peta digital” juga menjadi trend teknologi informasi dan kini semakin disadari perlunya dalam menunjang analisis data terpadu, antara lain dalam hal analisis bencana alam, analisis potensi sumber daya alam, analisis bidang perencanaan dan pengembangan wilayah, dll.
Software ArcView dan Software Autodesk Land Desktop adalah beberapa perangkat lunak yang handal dan populer di bidang teknik pemetaan, sehingga sering kali dijadikan format standard gambar atau peta digital serta pembuatan Sistem Informasi Geografis.
Mengingat banyaknya manfaat yang bisa diperoleh dari pembuatan peta berbasis komputer (on-screen) ini dengan software-software aplikasinya, maka mahasiswa-mahasiswa Teknik Geomatika harus mampu melakukan proses pembuatan peta digital ditambah dengan informasi-informasi tertentu sehingga menjadi Sistem Informasi Geografis. Oleh karena itu, praktikum Sistem Informasi Geografis ini dilakukan sebagai proses latihan pembuatan peta digital sampai menjadi sebuah peta yang berbasiskan informasi geografis.

1.2. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan diadakan praktikum tentang Sistem Informasi Geografis antara lain sebagai berikut :
1. Melatih mahasiswa didalam pembuatan peta digital yang melibatkan data – data spasial.
2. Memberikan wawasan mengenai software – software yang berbasiskan pemetaan dan sekaligus mampu mengoperasikan software yang digunakan.
3. Memberikan gambaran awal mengenai tahapan – tahapan didalam membentuk sistem informasi data spasial atau manajemen database untuk SIG (Sistem Informasi Geografi).
4. Melatih menjadikan peta sebagai informasi multikriteria dan multiguna.

1.3. Ruang Lingkup
Laporan praktikum tentang Sistem Informasi Geografis ini meliputi proses digitasi, diantaranya proses topologi, editing, ekspor keformat shp. Lalu proses pembuatan data base tiap layer, seperti membuat satu layer tentang fasilitas umum. Selanjutnya proses kartografi, yaitu membuat layout peta keseluruhan.






1.4. Sistematika Pembahasan
Secara garis besar uraian pembahasan pendahuluan untuk laporan praktikum tentang pemetaan digital, dibagi menjadi enam bab sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup, dan sistimatika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bagian ini menyampaikan prinsip-prinsip teori yang berguna untuk membantu penulis dalam membahas permasalahan.
BAB III METODOLOGI PEKERJAAN
Dalam bab ini akan disebutkan peralatan yang lebih spesifikasi lagi serta terdapat metodologi pelaksanaan pekerjaan
BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN DAN ANALISA
Pada bagian ini akan dijelaskan lebih rinci atau tindaka lanjut mengenai proses dari suatu pelaksanaan pekerjaan serta analisa dari suatu pekerjaan tersebut
BAB V PENUTUP
Dalam bab terakhir ini, akan diberikan kesimpulan dari hasil analisa yang telah dilakukan sebelumnya dan akan diberikan saran.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Peta Digital
Pemetaan digital atau sering disebut sebagai digital mapping merupakan suatu cara baru dalam pembuatan peta, baik untuk keperluan pencetakan maupun dalam format peta digital. Sedangkan definisi lain dari pemetaan digital adalah penggambaran permukaan bumi computer dengan menggunakan data koordinat. Inti dari pemetaan digital adalah proses pengolahan objek-objek peta yang menggunakan format digital sehingga membutuhkan perangkat keras computer dan perangkat lunak yang berkaitan. Soft ware yang biasa digunakan dalam pembuatan peta digital adalah Land Desktop, Auto Cad Map, Arc View, Map Info Professional dan lain-lain.
Perkembangan teknologi computer dan informasi yang semakin pesat baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada berkembangnya dunia pemetaan. Perkembangan teknologi computer yang dimaksud adalah kapasitas memori yang semakin besar. Proses data yang semakin cepatdan fungsi dari computer itu sendiri yang menjadi lebih majemuk sehingga memiliki fungsi yang sangat beragam, selain itu computer juga menjadi lebih mudah untuk dioperasikan melalui beebrapa paket program.
Saat ini pembuatan peta secara konvensional secara terestris dapat dipermudah dengan bantuan computer melalui pendataan di lapangan yang langsung dapat didownload ke computer untuk pelaksanaan perhitungan polygon, perataan perhitungan (koreksi) dan lain-lain. Bahkan dewasa ini kita bias melakukan pemisahan warna secara digital sebagai proses dalam pencetakan peta.
Seperti halnya peta hard copi atau peta analog, peta digital dapat kita pakai untuk membantu kita mendapatkan informasi suatu daerah. Perbedaan antara keduanya hanya pada pada bentuknya saja.dimana peta analog berupa lembaran kertas, sedangkan peta digital berupa data yang tersimpan dalam media perekam seperti disket, CD, flash disc atau hard disc. Kelebihan yang dimiliki oleh peta digital disbanding dengan peta analog salah satunya adalah kemudahan untuk editing dengan mudah dan cepat.
Dengan adaanya peta digital kita sebagai orang-orang yang berhubungan dengan pemetaan atau orang-orang yang dal kesehariannya selalu bergelut dengan peta banyak diuntungkan. Namun selain keuntungan-keuntungan yang kita dapatkan, ada pula kekurangan-kekurangan yang kita dapatkan dengan menggunakan peta digital. Keuntungan-keuntungan yang kita dapatkan antara lain:
1. Pembuatan peta existing semakin cepat dan mudah
2. Pembuatan peta tematik lebih mudah dan cepat
3. Produksi (penggandaan) peta semakin cepat
4. Penyajian secara grafis lebih bagus
5. Updating peta lebih mudah dan cepat
6. Dengan digabung dengan data stasistik maka analisa data dapat dilakukan dengan mudah
7. Media penyimpanan semakin kecil sehingga tidak membutuhkan ruangan yang besar
8. Kualitas data dapat dipertahankan karena tidak terpengaruh oleh suhu, tekanan, dan lain-lain
9. Dapat dengan mudah membuat peta
10. Dapat dengan mudah memproduksi peta dengan berbagai macam skala dengan memperhatikan proses seleksi dan generalisasi.

Kendala-kendala yang dihadapi dalam penggunaan peta digital adalah:
1. Membutuhkan investasi biaya yang mahal untuk peralatan (hard ware) pengadaan data (digitizer, scanner, computer, total station, GPS, citra satelit dll)
2. Memerlukan sumber daya manusia yang terampil yang menguasai berbagai macam disiplin ilmu (computer, kartogrfi, remote sensing, pemetaan digital, sistem koordinat, sistem proyeksi dll)
3. Membutuhkan biaya investasi yang besar untuk pengadaan soft ware yang berlisensi (MS windows, MS office, ER Mapper, Autocad Map, Arc View, Map Info dll)

Dengan kemudahan pengolahan dan pemindahan dari media computer ke media penyimpanan dari media computer ke media penyimpanan data membawa dampa dampak negative seperti:
1. Dapat disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak berwenang dan dapat diperbanyak, diberikan kepada pihak lain serta dapat diperjual-belikan secara bebas.
2. Terjadi pembocoran data kekayaan alam, dislokasi militer dan segala sesuatu yang seharusnyamenjadi rahasia Negara.
3. Data tentang kondisi medan/alam dapat ditransfer secara langsung dan secara cepat dengan menggunakan jaringan computer yang saling dihubungkan, sehingga pihak musuh secara sewaktu-waktu di monitor ari tempat yang lain.
2.2. Tahapan Pemetaan Digital
Pemetaan digital merupakan penggambaran permukaan bumi dengan menggunakan komputer dan data koordinat. Peta yang dihasilkan dari pemetaan digital disebut peta digital. Sedangkan proses pembuatan peta digital dikenal dengan proses digitasi (digitizing). Digitizing dapat didefinisikan sebagai proses konversi data atau peta dari media kertas ke format digital. Format dari peta digital dapat berupa data raster dan data vector. Data raster adalah semua data digital yang didapat dari hasil scanning. Sedangkan data vektor adalah data raster yang telah mengalami pengolahan dengan komputer.
Tahapan yang harus dilakukan pada saat akan melakukan proses pemetaan digital adalah sebagai berikut :
`
Gambar 1 : Tahapan Pemetaan Digital


2.3. Digitasi
Pada dasarnya untuk mengubah sebuah peta “kertas” menjadi peta digital ada dua metode yang digunakan, Digitasi langsung dan digitasi tidak langsung. Namun pada praktikum kali ini, metode yang diajarkan pada mahasiswa yaitu metode Digitasi tidak langsung.
2.3.1. Digitasi Langsung
Digitasi peta secara langsung berarti melakukan proses digitasi atau proses penggambaran ulang secara langsung di atas peta kertas. Digitasi langsung dilakukan dengan menggunakan alat digitizer. Pada proses digitasi ini, gambar dari peta garis analog (di atas media kertas) dipindahkan ke media perekam disket dalam format digital.
2.3.2. Digitasi Tak Langsung
Digitasi peta secara tidak langsung merupakan proses penggambaran ulang dari peta garis/analog menjadi peta digital dengan bantuan alat pemindai (scanner). Setelah discanner, peta baru digambar ulang dengan komputer menggunakan software AutoCAD Map. Pada digitasi tidak langsung ini, diperlukan beberapa alat sebagai pendukung didalam proses digitasi yang akan dilakukan, yakni :
• Scanner
• Untuk menyecan peta sebelum didigit dengan komputer. untuk perangkat keras ini ada yang mampu memindai kertas yang besar / sampai dengan A0.
• Satu unit PC (personal computer) dengan spesifikasi yang mampu digunakan dalam proses digitasi Pemindai (Scanner).
• Plotter
• Alat untuk menterjemahkan serta mentransformasikan data gambar digital menjadi gerakan mekanik pada bidang (diatas media analog kertas atau kalkir).
• Printer

2.4. Autodesk Map
AutoCAD Map merupakan program grafik yang sangat andal dalam penanganan gambar – gambar teknik yang berbasis vektor. Selain akurasinya, juga keanekaragaman menu yang fleksibel. Apabila hanya menggambar sebuah denah, peta, blok – blok atau desain perencanaan, bahkan AutoCAD Map versi lama pun sudah memiliki perintah – perintah gambar yang memadai, sehingga sesuai namanya, layak disebut sebagai perangkat Computer Aided Design (CAD).
Hal menarik sekaligus mendasar dalam kaitannya dengan keperluan pemetaan, adalah kemampuannya dalam menangani gambar tiga dimensi, sehingga persis sebuah peta, setiap garis dan titik pada gambar AutoCAD Map sekaligus memiliki informasi koordinat X, Y, dan Z. Selain tersimpan dalam bentuk basis data yang akurat, informasi tiga dimensi ini juga dapat divisualisasikan dalam bentuk 3D – View
Pada perkembangan berikutnya, selain perkembangan unjuk kerja dan penyempurnaan menu, AutoCAD Map juga menyempurnakan diri dengan kemampuannya dalam pengelolaan gambar – gambar yang berbasis raster. Kemampuan ini semakin mendukung keperluan dunia pemetaan, sehingga jika pada awalnya AutoCAD Map hanya mampu menampilkan “peta garis”, saat ini juga sekaligus dapat menampilkan sebuah “peta foto”. Pada AutoCAD Map, sebagai gambaran , telah dikembangkan sebuah fasilitas rubber sheeting yang tidak ada bedanya dengan proses “rektifikasi foto” pada dunia pemetaan.




Gambar 2 : Tampilan Autodesk Map
AutoCad Map adalah salah satu perangkat lunak autodesk untuk pemetaan versi terbaru, setelah versi terakhir autocad map versi 3. Kelebihan dari AutoCad Map ini adalah dapat melakukan operasi dengan beberapa proyek sekaligus (Multiple Document Interface, MDI) dan pada saat yang sama dapat membuka proyek lain dengan sumber data yang sama (tunggal).
Software ini dapat mendefinisikan system koordinat sesuai keperluan, yang hasilnya tetap dapat dibaca oleh system autodesk lain. Sarana penunjang bagi pemakai yaitu di situs Autodesk Map Support.
Software ini juga memiliki berbagai fasilitas yang dimiliki oleh perangkat lain, yaitu dapat mengambil data-data eksternal yang telah dibuat dengan perangkat basisdata lain, seperti Microsoft access.
Sehingga pengguna dapat menganalisis data-data pada peta digital, dimana di dalam system informasi geografi, bekerja dengan topologi berhubungan dengan interkoneksi dan batas features peta, juga dapat membuat dan memodifikasi serta menghapus topologi, membuat buffer point, garis dan polygon, menganalisis peta dengan metode overlay object, point, garis dan polygon menggunakan intersek, union, identitas, klip dan menggandakan pengoprasionalan.
Metode jarak terdekat berfungsi untuk mendapatkan jarak terdekat antara dua lokasi, yang biasanya berguna untuk pelayanan yang bersifat darurat, sedangkan metode flood trace merupakan sebuah metode untuk mengetahui sebaran daerah dari satu titik pada radius tertentu.
AutoCad Map dilengkapi dengan fasilitas menu Express. Dengan menggunakan fasilitas ini pemakai AutoCad Map dapat mengedit dan melakukan operasi aritmatika terhadap data-data yang ada dengan cepat dan akurat.
Kebutuhan akan data objek yang cukup besar, penghimpunan data dan pengelolaan data file drawing, dimungkinkan dengan adanya fasilitas link template database eksternal. Untuk menghubungkan antar objek-objek pada peta dengan data-data objek dan data-data eksternal, terdapat fasilitas linkage template yang dikendalikan oleh berbagai macam format database eksternal, seperti Microsoft Acces Database, Excell, paradox dan sebagainya, yang dipadukan dalam format file link template dan ODBC juga terdapat fasilitas object Linkage Embeded (OLE).
Software AutoCad Map juga terdapat fasilitas Structure Query Language (SQL) sehingga pengguna AutoCad Map dapat memakai beberapa perintah script customize untuk melakukan interaksi matematis, misalnya dengan penentuan query.
Dengan software AutoCad Map ini pekerjaan-pekerjaan digitasi peta, merapikan dan memasukkan data menjadi sangat mudah. Pekerjaan-pekerjaan itu antara lain :
1. Membuat tabel data objek.
2. Menentukan dan menghimpun data yang diinginkan.
3. Menampilkan data-data objek.
AutoCad Map juga dapat digunakan untuk mendigitasi selembar peta dan membuat file digital yang cukup teliti. Dalam mendigitasi peta, selain membuat objek-objek baru, juga memasukkan data objek.
AutoCad memiliki banyak perintah penggambaran. Adapun perintah-perintah yang sering digunakan adantara lain :
1. Menggambar garis (Line/Polyline)
2. Menyambung garis secara presisi dengan object snap (Osnap)
3. Menggambar Lingkaran (Circle)
4. Membuat Elips (Ellipse)
5. Membuat garis lengkung/ kurva (Arc)
6. Membuat titik (Point)
7. Mengarsir bidang (Hatch)
8. Menulis teks (Text)
Keuntungan dari penggunaan software AutoCad salah satunya adalah program ini pada saat pertama kali kita gunakan mempunyai sistem koordinat. Sistem koordinat tersebut tidak mempunyai satuan (unit) tertentu, tetapi pengguna dapat menterjemahkan satuannya menurut keperluan masing-masing.

2.5. Topologi
Topologi adalah sekumpulan obyek yang menyatakan hubungan antar keduanya. Topologi digunakan untuk analisa spasial. Dengan Autodesk Map, kita dapat membuat topologi dari titik, jaringan atau poligon.



Gambar 3 : Macam-Macam Topologi

1. Node Topology (Topologi Titik)
Topologi Titik menunjukkan hubungan antara titik-titik (titik-titik objek). Topologi ini biasanya digunakan untuk menghubungkan dengan topologi yang lain dalam analisa. Contoh untuk topologi ini adalah lampu jalan, pohon kota, atau lubang galian.
2. Network Topology (Topologi Jaringan)
Topologi jaringan menunjukkan koneksi antar jaring (garis) yang terhubung secara linier. Jaring tersebut dapat menghubungkan titik-titik. Sebagai contoh dari topologi jaringan ini adalah aplikasi dari distribusi air yang menunjukkan aliran air dari stasiun pumpa ke pemukiman. Jaringan jalan merupakan contoh lain.
3. Polygon Topology (Topologi Poligon)
Topologi poligon menunjukkan poligon yang merepresentasikan daerah seperti lahan dan bidang-bidang tanah. Penggunaan poligon topologi termasuk untuk pembayaran pajak dan perencanaan wilayah yang dapat dilihat dari bidang-bidang tanah yang ditunjukkan oleh poligon-poligon tersebut.

2.6. ArcView
ArcView adalah salah satu software pengolah Sistem Informasi Geografik (SIG/GIS). Sistem Informasi Geografik sendiri merupakan suatu sistem yang dirancang untuk menyimpan, memanipulasi, menganalisis, dan menyajikan informasi geografi. Mungkin anda sudah kenal kenal dengan yang namanya peta. Perlu diketahui bahwa peta juga bisa disebut SIG atau istilahnya SIG Konvensional.
Terdapat beberapa perbedaan antara peta di atas kertas (peta analog) dan SIG yang berbasis komputer. Perbedaannya adalah bahwa peta menampilkan data secara grafis tanpa melibatkan basis data. Sedangkan SIG adalah suatu sistem yang melibatkan peta dan basis data. Dengan kata lain peta adalah bagian dari SIG. Sedangkan pada ArcView anda dapat melakukan beberapa hal yang peta biasa tidak dapat melakukannya. Perbedaan pokok antara Peta Analog dengan ArcView adalah bahwa Peta itu statik sedangkan ArcView. Arc View biasa digunakan antara lain untuk :
1. Digitasi data citra dari layer monitor (on screen digitizing)
2. Reaktifikasi citra dengan bantuan ekstensi image analysis
3. Editing tema dengan drag and drop atau cut and paste
4. Editing tema dengan query item pada tabel
5. Konversi data dari MS-EXCEL atau MS-ACCESS menjadi tema baru pada data spasial yang telah ada
6. Pembuatan kontur dengan bantuan ekstensi image analysis dan spasial analis
7. Pembuatan peta 3D dan perhitungan volume dengan bantuan 3D analysis
8. Pengubahan system proyeksi dengan projection utility
9.Kemudahan konversi data ke perangkat lunak lain, seperti : AUTOCAD, MAPINFO dsb



Gambar 4 : Tampilan ArcView
Keunggulan Arcview :
1. Image dapat berupa vektor atau raster.
2. Dapat menginterpretasi visual untuk overlay tutupan lahan
3. Lay out peta sudah tersedia.



BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Pelaksanaan Praktikum
Praktikum pembuatan sistem informasi geografis dengan data dasar peta rbi :
hari / tanggal : Rabu, 2 Desember, 9 Desember, dan 14 Desember 2009
pukul : 15.00 – 17.00 BBWI
tempat : Laboratorium Geospasial Teknik Geomatika ITS

3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Software Arcview GIS
2. Software Auto Land Desktop 2004
3. Laptop/PC 2 buah
4. Printer 1 buah

3.3 Tahap Pelaksanaan Praktikum
1. Rabu,2 Desember 2009 :
Import image peta rbi hasil scanning ke AutoCAD, rubber sheet, pendigitan titk,garis,bangunan, polygon.
2. Rabu, 9 Desember 2009 :
Export file dari AutoCAD ke Arcview GIS, pembuatan atribut
3. Rabu, 16 \Desember 2009 :
Pembuatan design lay out dan pengerjaan akhir SIG.

BAB IV

Pengetahuan Oseanografi


TSUNAMI

Tsunami adalah kata berbahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan (tsu artinya lautan, nami berarti gelombang ombak). Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi. Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang. Tsu berarti "pelabuhan", dan nami berarti "gelombang", sehingga tsunami dapat diartikan sebagai "gelombang pelabuhan".
Istilah ini pertama kali muncul di kalangan nelayan Jepang. Karena panjang gelombang tsunami sangat besar, pada saat berada di tengah laut, para nelayan tidak merasakan adanya gelombang ini. Namun setibanya kembali ke pelabuhan, mereka mendapati wilayah di sekitar pelabuhan tersebut rusak parah. Karena itulah mereka menyimpulkan bahwa gelombang tsunami hanya timbul di wilayah sekitar pelabuhan, dan tidak di tengah lautan yang dalam.
Tsunami adalah gelombang air yang sangat besar yang dibangkitkan oleh macam-macam gangguan di dasar samudra. Gangguan ini dapat berupa gempa bumi, pergeseran lempeng, atau gunung meletus. Tsunami tidak kelihatan saat masih berada jauh di tengah lautan, namun begitu mencapai wilayah dangkal, gelombangnya yang bergerak cepat ini akan semakin membesar.
Tsunami juga sering disangka sebagai gelombang air pasang. Ini karena saat mencapai daratan, gelombang ini memang lebih menyerupai air pasang yang tinggi daripada menyerupai ombak biasa yang mencapai pantai secara alami oleh tiupan angin. Namun sebenarnya gelombang tsunami sama sekali tidak berkaitan dengan peristiwa pasang surut air laut. Karena itu untuk menghindari pemahaman yang salah, para ahli oseanografi sering menggunakan istilah gelombang laut seismik (seismic sea wave) untuk menyebut tsunami, yang secara ilmiah lebih akurat.
Tsunami terjadi karena adanya gangguan impulsif terhadap air laut akibat terjadinya perubahan bentuk dasar laut secara tiba-tiba. Ini terjadi karena tiga sebab, yaitu : gempa bumi, letusan gunung api dan longsoran (land slide) yang terjadi di dasar laut. Dari ketiga penyebab tsunami, gempa bumi merupakan penyebab utama. Besar kecilnya gelombang tsunami sangat ditentukan oleh karakteristik gempa bumi yang menyebabkannya. Bagian terbesar sumber gangguan implusif yang menimbulkan tsunami dahsyat adalah gempa bumi yang terjadi di dasar laut. Walaupun erupsi vulkanik juga dapat menimbulkan tsunami dahsyat, seperti letusan gunung Krakatau pada tahun 1883.
Gempa bumi di dasar laut ini menimbulkan gangguan air laut, yang disebabkan berubahnya profil dasar laut. Profil dasar laut iniumumnya disebabkan karena adanya gempa bumi tektonik yang bisa menyebabkan gerakan tanah tegak lurus dengan permukaan air laut atau permukaan bumi. Apabila gerakan tanah horizontal dengan permukaan laut, maka tidak akan terjadi tsunami.
Apabila gempa terjadi didasar laut, walaupun gerakan tanah akibat gempa ini horizontal, tetapi karena energi gempa besar, maka dapat meruntuhkan tebing-tebing (bukit-bukit) di laut, yang dengan sendirinya gerakan dari runtuhan in adalah tegak lurus dengan permukaan laut. Sehingga walaupun tidak terjadi gempa bumi tetapi karena keadaan bukit/tebing laut sudah labil, maka gaya gravitasi dan arus laut sudah bisa menimbulkan tanah longsor dan akhirnya terjadi tsunami. Hal ini pernah terjadi di Larantuka tahun 1976 dan di Padang tahun 1980.
Gempa-gempa yang paling mungkin dapat menimbulkan tsunami adalah :
1. Gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
2. Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km.
3. Magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 Skala Richter.
4. Jenis pensesaran gempa tergolong sesar naik atau sesar turun. Gaya-gaya semacam ini biasanya terjadi pada zona bukaan dan zona sesar.
Magnitudo Tsunami yang terjadi di Indonesia berkisar antara 6-9 Skala Richter, dengan tinggi gelombang Tsunami maksimum yang mencapai pantai antara 4 - 24 meter dan jangkauan gelombang ke daratan antara 50 sampai 200 meter dari garis pantai. .

ADANYA PERBEDAAN KECEPATAN RAMBAT ANTARA GELOMBANG TSUNAMI DENGAN GELOMBANG GEMPA BUMI :
         KECEPATAN TSUNAMI DI LAUT DALAM ~ 800 km/jam à Dalam  1menit mencapai ~ 13 km dari sumber
         GELOMBANG GEMPA BUMI Vp = 6-8 km/detik à DALAM 1 menit menempuh jarak 360 – 480 km dari sumber

Sebab-sebab Terjadinya Tsunami
Tsunami dapat dipicu oleh bermacam-macam gangguan (disturbance) berskala besar terhadap air laut, misalnya gempa bumi, pergeseran lempeng, meletusnya gunung berapi di bawah laut, atau tumbukan benda langit. Tsunami dapat terjadi apabila dasar laut bergerak secara tiba-tiba dan mengalami perpindahan vertikal.
Cara-cara yang dianjurkan untuk menghadapi Tsunami adalah :
1. relokasi daerah pemukiman
2. membuat jalan atau llintasan untuk melarikan diri dari Tsunami
3. melakukan latihan pengungsian
4. menanami daerah pantai dengan tanaman (bakau/mangrove) yang secara efektif dapat menyerap energi gelombang
5. membiarkan lapangan terbuka untuk menyerap energi Tsunami
6. membuat dike ataupun breakwater di daerah yang memungkinkan
7. membuat suatu sistem peringatan dini (early warning sistem)
Ini merupakan langkah-langkah praktis dalam meminimalisasi gelombang Tsunami yang terjadi, tentu bukan hal yang mudah karena pada umumnya di dalam penerapan tahapan ini haruslah di sokong oleh perencanaan sistematis di dalam perencanaan kota.

SEICHE

Seiche atau Standing Waves adalah penjumlahan dari dua progressive waves ( dengan dimensi yang sama atau hamper sama), yang menjalar dalam arah yang berlawanan. Ciri-ciri dari Seiche adalah gelombang akan naik turun hanya di tempat. Sedangkan pada progressive waves biasa gelombang akan berjalan mendatar. Menurut National Tsunami Hazard Mirigation Program seiche (fluktuasi muka air) adalah gelombang yang bergerak bolak balik baik sebagian maupun sepenuhnya terdiri dari kumpulan air, mungkin disebabkan oleh gelombang seismik dalam periode yang panjang, gelombang anging dan air ataupun tsunami. Menurut JTIC (Jakarta Tsunami Information System) seiche adalah fluktuasi yang dimulai dari gelombang diam yang berayun sebagian dalam suatu kumpulan air atau seluruhnya. Seiche mungkin disebabkan oleh gelombang seismik berperiode panjang (gempa bumi), gelombang angin dan air, atau tsunami.
Konsep Dasar
Seiche Dalam Beberapa Kondisi
a. Kondisi 2 dinding tertutup

Gambar 9.Kondisi 2 Dinding Tertutup
Keterangan:
A : Antinode
N : Node
l : Length of the harbor basin (panjang kolam pelabuhan) yang diasumsikan dengan panjang seiche pada kondisi dua dinding tertutup.
Dimana:
l = 1⁄2 L
L : Panjang gelombang
Untuk periode resonansi pada kondisi ini adalah:
T = L/C = 2l/C = 2l/√(g.h)
Dimana:
C = Kecepatan gelombang di laut dangkal ( C = √(g.h) )
T = Periode Resonansi (detik)
Perlu diingat bahwa formula ini diasumsikan untuk kondisi perairan dangkal (Shallow Water)
b. Kondisi 1 Dinding Tertutup

Gambar 10.Kondisi 1 Dinding Tertutup
Keterangan:
A : Antinode
N : Node, pada Node pertama adalah letak Harbour Mouth (pintu pelabuhan)
l : Length of the harbor basin (panjang kolam pelabuhan) yang diasumsikan dengan panjang seiche pada kondisi dua dinding tertutup.
Dimana:
l = 1⁄4 L
L : Panjang gelombang
Untuk periode resonansi pada kondisi ini adalah:
T = L/C = 4l/C = 4l/√(g.h)
Dimana:
C = Kecepatan gelombang di laut dangkal ( C = √(g.h) )
T = Periode Resonansi (detik)
Perlu diingat bahwa formula ini diasumsikan untuk kondisi perairan dangkal (Shallow Water). Seiche akan terjadi bila resonant dari basin dengan periode yang datang (ataupun kelipatannya), maka dalam kasus ini terjadi Seiche.
Ada beberapa kondisi yang diakibatkan oleh seiche pada kolam pelabuhan yaitu;

-Pada kondisi antinode yaitu pola pergerakan gelombang akan naik turun, dimana gerakan vertical akan maksimum dan gerakan horizontal akan minimum, hal ini menyebabkan lambung kapal dapat menghantam dasar kolam sehingga rusak ataupun karam.
-Pada kondisi node yaitu pola pergerakan gelombang akan bergerak ke samping baik kiri dan kanan akan menyebabkan kapal-kapal yang menambat di kolam pelabuhan akan saling menghantam ataupun menghantam benda di sekitar pelabuhan, misalnya dinding pelabuhan.
-Pada kondisi antinode yang terlalu tinggi, tinggi muka air laut akan melebihi tinggi jagaannya sehingga menyebabkan banjir pada kolam pelabuhan.

DAFTAR PUSTAKA

http://faiqun.edublogs.org/2008/04/13/gelombang-laut/ [pkl. 13.27]hari senin, 17 mei pkl 13.01.
http://dhanyappraisal.blogspot.com/2010/05/dasar-dasar-seiche-standing-waves.html
http://www.acehblogger.org/Megatsunami_dan_Seiche




Optimasi Jaring Pada Pengukuran Orde3 Menggunakan Perataan Parameter


BAB I
PENDAHULUAN



1.1         Latar Belakang
Badan Pertanahan Nasional (BPN) mulai pada tahun 1996 menetapkan penggunaan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN’95) sebagai datum rujukan  pengukuran dan pemetaan  di lingkungan BPN. Perwujudan dari rujukan tersebut adalah pengadaan Jaring Kontrol Geodesi Nasional (JKGN) yaitu orde-2, orde-3, dan orde-4. Titik-titik dasar teknik  orde-2, orde-3, dan orde-4 diperlukan sebagai kerangka dasar referensi nasional yang digunakan untuk pemetaan bidang tanah secara nasional. Dalam penyelenggaraan JKGN ini sangat terkait dengan ketelitian, sehingga pada pelaksanaan pengukuran titik dasar teknik, BPN mempunyai ketentuan tentang  metode pengamatan yang digunakan. Metode Pengamatan yang digunakan antara lain adalah metode pengamatan satelit dan metode pengukuran terestris. Metode pengamatan satelit dilakukan pada pengukuran orde-2 dan orde-3 sedangkan metode pengukuran terestris untuk orde-4.
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai metode pengamatan satelit pada pengukuran orde-3 yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah BPN Propinsi  yang ditentukan dengan survei GPS. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketetelitan dalam penentuan posisi  GPS antara lain; ketelitian data, strategi pengamatan, geometri pengamatan, dan strategi pengolahan data. Dalam survei GPS, pengolahan data GPS dimaksudkan untuk menghitung koordinat dari titik-titik dalam suatu jaringan berdasarkan data-data pengamatan, sehingga mendapatkan koordinat titik orde-3 yang memenuhi spesifikasi teknis dan hal ini merupakan suatu proses yang cukup ekstensif.
Terkait dengan ketelitian yang ingin dicapai pada suatu pengukuran, saat pengambilan data di lapangan diberikan ukuran lebih, yaitu pengukuran yang melebihi batas ketentuannya. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang optimal dan ketelitian yang baik sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu diperlukan optimasi jaring pada pengukuran orde-3. Optimasi jaring ini dapat dilakukan dengan pemilihan baseline-baseline dari suatu pengukuran orde-3 yang telah dilakukan. Hal ini karena banyak data ukuran yang diperoleh dan belum tentu semua data ukuran tersebut mendekati nilai sebenarnya. Selain itu optimasi jaring ini juga dapat meminimalisir kesalahan pengukuran. Untuk menentukan nilai terbaik dari beberapa kali pengukuran diperlukan suatu metode hitungan tertentu. Salah satu metode hitungan yang dapat digunakan untuk menghitung ukuran lebih yaitu metode kuadrat terkecil dengan perataan parameter.


1.2         Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang timbul adalah “Bagaimana mengoptimalkan jaring pada pengukuran orde-3 dengan menggunakan perataan parameter?”




1.3         Batasan Masalah

Batasan permasalahan dari penelitian ini adalah:
1.      Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengukuran orde-3 dilaksanakan oleh Kantor Wilayah BPN Provinsi Kalimantan Selatan  di Kota Banjarmasin.
2.      Jumlah titik orde-3 Kota Banjarmasin sebanyak 44 titik dan 2 titik ikat orde-2.
3.      Dalam penelitian ini, bentuk jaring  pengukuran orde-3 Kantor Wilayah BPN Provinsi Kantor Wilayah BPN Provinsi Kalimantan Selatan  di Kota Banjarmasin merupakan bentuk jarring maksimum.
4.      Metode perhitungan yang akan digunakan pada pengolahan data penelitian ini adalah metode perataan parameter .
5.      Dalam penelitian ini akan dilakukan perhitungan perataan parameter baik dengan memasukkan ketelitian titik ikat yang digunakan maupun tidak dimasukkan ketelitian titik ikat orde-2 tersebut. 
6.      Software yang digunakan untuk perhitungan adalah Matlab 7.0

1.4         Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bentuk jaring orde-3 yang optimal dengan menggunakan metode hitungan perataan parameter agar dapat memperoleh ketelitian orde-3 yang baik serta meminimalisir kesalahan, pada pengukuran orde-3 tersebut.

1.5        Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan rekomendasi kepada Kantor Wilayah BPN Provinsi agar dapat memilih bentuk jaring yang optimal untuk pengolahan data dari pengukuran yang telah dilakukan, sehingga dapat meminimalisir kesalahan pengukuran tersebut.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



2.1     Kerangka Dasar Pemetaan

Dalam pembuatan peta yang dikenal dengan istilah pemetaan dapat dicapai dengan melakukan pengukuran-pengukuran di atas permukaan bumi yang mempunyai bentuk tidak beraturan.Pengukuran dilakukan untuk mementukan posisi (koordinat dn ketinggian) titik-titik dimuka bumi. Titik dimuka bumi yang di ukur, dikelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu titik kerangka dasar dan titik–titik detail. Titik-titik kerangka dasar dengan pengukuran-pengukuran tertentu ditentukan koordinatnya dalam satu sistem koordinat tertentu dan mempunyai fungsi khusus sebagai berikut :

1.   Sebagai titik pengikat (titik referensi),yaitu untuk menentukan koordinat titik-titik lainnya.Misalnya titik A sebagai titik pengikat,dengan mengukur jarak dan arah dari A ke B maka dapat dihitung koordinat titik B
2.   Sebagai titik pengontrol pengukuran-pengukuran yang baru.Dalam hal ini ketelitian titik pengontrol harus lebih tinggi daripada ketelitian pengukuran yang baru.Misalnya titik-titik Adan B merupakan titik pengontrol. (Umaryono,1986).
 Pengukuran-pengukuran dibagi dalam pengukuran yang mendatar untuk mendapat hubungan titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi (Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal) dan pengukuran-pengukuran tegak guna mendapat hubungan tegak antara titik-titik yang diukur (Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal) serta pengukuran titik-titik detail. Kerangka dasar pemetaan untuk pekerjaan rekayasa sipil pada kawasan yang tidak luas, sehingga bumi masih bisa dianggap sebagai bidang datar, umumnya merupakan bagian pekerjaan pengukuran dan pemetaan dari satu kesatuan paket pekerjaan perencanaan dan atau perancangan bangunan teknik sipil. Titik- titik kerangka dasar pemetaan yang akan ditentukan tebih dahulu koordinat dan ketinggiannya itu dibuat tersebar merata dengan kerapatan tertentu, permanen, mudah dikenali dan didokumentasikan secara baik sehingga memudahkan penggunaan selanjutnya.

2.2     Jaring Kontrol Horisontal
Jaring kontrol horisontal adalah sekumpulan titik kontrol horisontal yang satu sama lain dikaitkan dengan data ukuran jarak dan/atau sudut, dan koordinatnya ditentukan dengan metode pengukuran/pengamatan tertentu dalam suatu sistem referensi kordinat horisontal tertentu (BSN, 2002).
Kualitas dari koordinat titik-titik dalam suatu jaring kontrol horisontal umumnya akan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti sistem peralatan yang digunakan untuk pengukuran/pengamatan, geometri jaringan, strategi pengukuran/pengamatan, serta strategi pengolahan data yang diterapkan.
Pengadaan jaring titik kontrol horisontal di Indonesia sudah dimulai sejak jaman penjajahan Belanda, yaitu dengan pengukuran triangulasi yang dimulai pada tahun 1862. Selanjutnya dengan pengembangan sistem satelit navigasi Doppler (Transit), sejak tahun 1974 pengadaan jaring titik kontrol juga mulai memanfaatkan sistem satelit ini. Dengan berkembangnya sistem satelit GPS, sejak tahun 1989, pengadaan jaring titik kontrol horisontal di Indonesia umumnya bertumpu pada pengamatan satelit GPS ini.
Pada dasarnya pada saat ini, jaring titik kontrol horisontal di Indonesia dapat dikelompokkan sebagaimana yang diberikan pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Status Jaring Titik Kontrol Horisontal
Kalsifikasi Jaring
Jarak Tipikal antar Titik
Fungsi saat ini
Metode Pengamatan


Orde-0
500 km
Jaring kontrol geodetik nasional
Survei GPS

Ored-1
100 km
Jaring kontrol geodetik regional
Survei GPS

Orde-2
10 km
Jaring kontrol kadastral regional
Survei GPS

Orde-3
2 km
Jaring kontrol kadastral lokal
Survei GPS

Orde-4
0.1 km
Jaring kontrol pemetaan  kadastral
Survei Poligon

(BSN ,2002)

2.3     Klasifikasi Jaring Titik Kontrol
Dalam pengklasifikasian jaring titik kontrol geodetik di Indonesia ini, ada beberapa faktor yang dijadikan pertimbangan yaitu:
a.       Status dan karakteristik jaring titik kontrol yang sudah ada,
b.      Perkembangan dan kecenderungan teknik dan aplikasi penentuan posisi di masa mendatang, serta
c.       Mekanisme klasifikasi yang digunakan di Negara lain.
Klasifikasi suatu jaring kontrol didasarkan pada tingkat presisi dan tingkat akurasi dari jaring yang bersangkutan, dimana tingkat presisi diklasifikasikan berdasarkan Kelas, dan tingkat akurasi diklasifikasikan berdasarkan Orde (BSN,2002).

2.3.1      Penetapan Kelas Jaringan
Kelas dari suatu jaring titik kontrol pada dasarnya mengkarakterisir ketelitian internal (tingkat presisi) dari jaringan, yang pada dasarnya tergantung pada tiga faktor utama yaitu kualitas data, geometri jaringan, serta metode pengolahan data. Sedangkan kualitas data sendiri akan tergantung pada beberapa faktor seperti sistem peralatan yang digunakan, strategi survei yang diterapkan, serta metode pengeliminasian kesalahan dan bias yang diterapkan. Karena peran dari kualitas pengukuran yang relatif dominan, kelas jaringan sering juga dinamakan kelas pengukuran.
Kelas suatu jaringan jaring titik kontrol horisontal ditentukan berdasarkan panjang sumbu-panjang (semi-major axis) dari setiap ellips kesalahan relative (antar titik) dengan tingkat kepercayaan (confidence level) 95% yang dihitung berdasarkan statistik yang diberikan oleh hasil hitung perataan jaringan kuadrat terkecil berkendala minimal (minimal constrained). Dalam hal ini panjang maksimum dari sumbu-panjang ellips kesalahan relative 95% yang digunakan untuk menentukan kelas jaringan adalah:  
                                r = c ( d + 0.2 )                                    (2.1)
dimana : 
 r   = panjang maksimum dari sumbu-panjang yang diperbolehkan, (mm),
             c   =  faktor empirik yang menggambarkan tingkat presisi survei,
             d   =  jarak antar titik (dalam km). 
Berdasarkan nilai faktor c tersebut, maka kategorisasi kelas jaring titik kontrol  horisontal yang diusulkan diberikan pada Tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2 Kelas (Pengukuran) Jaring Titik Kontrol Horisontal
Kelas
c (ppm)
Aplikasi Tipikal
3A
0.01
Jaring Tetap (Kontinyu) GPS
2A
0.1
Survei geodetik berskala nasional
A
1
Survei geodetik berskala regional
B
10
Survei geodetik berskala lokal
C
30
Survei geodetik untuk prapatan
D
50
Survei pemetaan
   (BSN ,2002)

2.3.2      Penetapan Orde Jaringan
Orde dari suatu jaring titik kontrol pada dasarnya mengkarakterisir tingkat ketelitian jaring, yaitu tingkat kedekatan jaring tersebut terhadap jaring titik kontrol yang sudah ada yang digunakan sebagai acuan. Oleh sebab itu, orde suatu jaring akan tergantung pada kelasnya, tingkat presisi dari titik-titiknya terhadap titik-titik ikat yang digunakan, serta tingkat presisi dari proses transformasi yang diperlukan untuk mentransformasikan koordinat dari suatu datum ke datum yang lainnya. Oleh sebab itu, orde yang ditetapkan untuk suatu jaring titik kontrol:
1.    Tidak boleh lebih tinggi dari orde jaring titik kontrol yang sudah ada yang digunakan sebagai jaring acuan (jaring pengikat), dan
2.    Tidak lebih tinggi dari kelasnya.
Berdasarkan nilai faktor c tersebut, dapat dibuat kategorisasi orde jaring titik kontrol horisontal yang diperoleh dari suatu survei geodetik, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.3 berikut. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, orde jaringan juga akan tergantung pada kelasnya serta orde dari jaring titik kontrol pengikat (acuan) nya (BSN,2002).

Tabel 2.3 Orde Jaring Titik Kontrol Horisontal
Orde
C(ppm)
Jaring Kontrol
Jarak*
Kelas
0
0.01
Jaring fidusial nasional (jaring tetap GPS)
1000
3A
0
0.1
Jaring titik kontrol geodetik nasional
500
2A
1
1
Jaring titik kontrol geodetik regional
100
A
2
10
Jaring titik kontrol geodetik lokal
10
B
3
30
Jaring titik kontrol geodetik prapatan
2
C
4
50
Jaring titik kontrol pemetaan
0.1
D
* Jarak tipikal antar titik yang berdampingan dalam jaringan (dalam km)












(BSN,2002)




2.4     Konfigurasi Jaring Orde-3
Dalam pengadaan suatu jaring titik kontrol, ada beberapa kriteria dan syarat yang harus dipenuhi oleh konfigurasi jaring tersebut, yaitu seperti yang diberikan pada Tabel 2.6. Berkaitan dengan perencanaan konfigurasi jaringan, di samping yang diberikan pada tabel 2.6, ada beberapa spesifikasi teknis yang perlu diperhatikan, yaitu:
-       Desain jaringan harus dibuat diatas fotokopi peta topografi atau peta rupabumi dengan skala yang memadai sehingga dapat menunjukkan desain, geometri, dan kekuatan jaringan sedemikian rupa sehingga spesifikasi ketelitian yang diinginkan dapat terpenuhi;
-       Seluruh baseline dalam jaringan sebaiknya terdistribusi secara relatif homogen, yang ditunjukkan dengan panjang baseline yang relatif sama;
-       Sebelum diimplementasikan, desain jaringan yang digunakan untuk pengamatan harus telah disetujui oleh pihak pemberi kerja dengan dibubuhi tanda tangan atau paraf penanggung jawab kegiatan yang bersangkutan (BSN,2002)

Kriteria
Orde jaringan
00
0
1
2
3
4
Jarak tipikal antar titik yang berdampingan (km)
1000
500
100
10
2
0.1
Jumlah minimum titik ikat berorde lebih tinggi
4
3
3
3
3
3
Koneksi titik ke titik-titik lainnya dalam jaring (jumlah minimum)
semua
3
3
3
3
2
Jumlah baseline minimum yang diamati dua kali (common baseline)
100%
20%
10%
5%
5%
5%
Jumlah baseline dalam suatu suatu loop (maks.)
-
4
4
4
4
-
Tabel 2.6.  Spesifikasi Teknis Konfigurasi Jaringan Titik Kontrol
        ( BSN, 2002)

2.5         Pengolahan Data Pengukuran  Orde-3
Dalam survei dengan GPS, pengolahan data GPS dimaksudkan untuk menghitung koordinat dari titik-titik dalam suatu jaringan berdasarkan data-data pengamatan fase sinyal GPS yang diamati di titik-titik tersebut. Pengolahan data GPS sehingga mendapatkan koordinat titik-titik yang memenuhi spesifikasi teknis adalah suatu proses yang cukup ekstensif. Dalam hal ini ada beberapa karakteristik yang menonjol dari pengolahan data survei GPS yang perlu disebutkan, yaitu :
-       Koordinat titik ditentukan dalam tiga-dimensi terhadap suatu sistem koordinat Kartesian yang geosentrik yang didefinisikan oleh datum WGS 1984,
-       Proses estimasi vektor baseline maupun koordinat titik bertumpu pada metode hitung perataan kuadrat terkecil (least-squares adjustment),
-       Pengolahan data dilakukan setelah data dari beberapa receiver GPS yang terlibat dikumpulkan (post processing mode), dan
-       Pengolahan dilakukan secara bertahap, dari baseline ke baseline, sehingga membentuk suatu jaringan (BSN,2002).

2.5.1     Pengolahan Baseline
Pengolahan baseline pada dasarnya bertujuan menghitung vektor baseline (dX,dY,dZ) menggunakan data fase sinyal GPS yang dikumpulkan pada dua titik ujung dari baseline yang bersangkutan, yang diilustrasikan pada Gambar 2.1


Gambar 2.1 Pengolahan data baseline GPS.
(Abidin,2000)
Pada survei GPS, pengolahan baseline umumnya dilakukan secara beranting satu persatu (single baseline) dari baseline ke baseline, dimulai dari suatu tetap yang telah diketahui koordinatnya, sehingga membentuk suatu jaringan yang tertutup. Tapi perlu juga dicatat di sini bahwa pengolahan baseline dapat dilakukan secara sesi per sesi pengamatan, dimana satu sesi terdiri dari beberapa baseline (single session, multi baseline).
Pada proses pengestimasian vektor baseline, data fase double-difference digunakan. Meskipun begitu biasanya data pseudorange juga digunakan oleh perangkat lunak pengolahan baseline sebagai data pembantu dalam beberapa hal seperti penentuan koordinat pendekatan, sinkronisasi waktu kedua receiver GPS yang digunakan, dan pendeksian cycle slips. Secara skematik, tahapan perhitungan suatu (vektor) baseline ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Untuk  Untuk mengecek kualitas dari vektor baseline yang diperoleh, ada beberapa indikator kualitas yang dapat dipantau, yaitu antara lain
a.         Rms (root mean squares), harga minimum dan maksimum, serta standar deviasi dari residual,
b.         Faktor variansi a posteriori,
c.         Matriks variansi kovariansi dari vektor baseline,
d.        Hasil dari test statistik terhadap residual maupun vektor baseline,
e.         Ellips kesalahan relatif dan titik,
f.          Kesuksesan dari penentuan ambiguitas fase serta tingkat kesuksesannya,
g.         Jumlah data yang ditolak, dan
h.         Jumlah cycle slips.
Disamping indikator-indikator kualitas di atas, kualitas suatu vektor baseline juga akan bisa dicek pada saat perataan jaringan (BSN,2002).

              2.5.2      Perataan Jaringan
Pada perataan jaringan, vektor-vektor baseline yang telah dihitung sebelumnya secara sendiri-sendiri, dikumpulkan dan diproses dalam suatu hitung perataan jaringan (network adjustment) untuk menghitung koordinat final dari titik-titik dalam jaringan GPS yang bersangkutan. Hitung perataan jaringan ini menggunakan metode perataan kuadrat terkecil (least squares adjustment).
Perataan jaringan GPS umumnya dilakukan dalam dua tahap, yaitu perataan jaring bebas (free network adjustment) dan perataan jaring terikat (constrained network adjustment). Perataan jaring bebas dilakukan dengan hanya menggunakan satu titik tetap dan dimaksudkan untuk mengecek konsistensi data vektor baseline, satu terhadap lainnya. Setelah melalui tahapan perataan jaring bebas dan kontrol kualitasnya, selanjutnya vektor-vektor baseline yang ‘diterima’ diproses kembali dalam perataan jaring terikat. Pada perataan ini semua titik tetap digunakan, dan koordinat titik-titik yang diperoleh dan sukses melalui proses kontrol kualitas akan dianggap sebagai koordinat yang final.
Pada prinsipnya hitung perataan jaringan ini akan berguna untuk beberapa hal, yaitu :
a.       Untuk menciptakan konsistensi pada data-data ukuran vektor baseline ,
b.      Untuk mendistribusikan kesalahan dengan cara yang merefleksikan ketelitian pengukuran,
c.       Untuk menganalisa kualitas dari baseline-baseline, serta
d.      Untuk mengidentifikasi baseline-baseline serta titik-titik kontrol yang perlu ‘dicurigai’ (BSN,2002).

2.6     Perataan Parameter
Hitung Perataan parameter merupakan salah satu metode hitungan untuk menentukan nilai yang terbaik,dengan mengunakan persamaan pengamatan. Dalam model hitungan ini model fungsional dan model matematik dinyatakan dalam :










BAB III
METODOLOGI



3.1       Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini mengambil daerah hasil pengukuran Orde-3 Propinsi Kalimatan Selatan di Kota Banjarmasin . Kota Banjarmasin terletak antara 114°31’40″ - 114°39’55″ Bujur Timur dan 3°16’46″ - 3°22’54″  Lintang Selatan dengan luas wilayah 72,67 Km², yang terbagi atas 5 kecamatan dan 50 kelurahan.

3.2       Peralatan dan Bahan

3.2.1    Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1.      Perangkat Keras (Hardware)
a.       Satu buah Personal Computer (PC) Pentium 4 2.80 GHz 512 MB RAM, Hard Disk 160 GB yang digunakan untuk seluruh pengolahan data
b.      Printer Canon Ip 1900 Untuk pencetakan laporan
2.      Perangkat Lunak (Software)
a.       Sistem operasi Windows XP Profesional
b.      Microsoft Word 2007 untuk penulisan laporan
c.       Matlab 7.0 Untuk perhitungan perataan parameter
d.      Software Spektrum SOKKIA untuk membuka data pengukuran orde-3.


3.2.2        Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil pengukuran kerangka kontrol horisontal orde-3 yang telah dilaksanakan oleh petugas ukur Kantor Wilayah Propinsi Kalimantan Selatan kota Banjarmasin.

3.3       Metodologi Penelitian
Tahapan – tahapan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan penelitian ini adalah seperti     diagram berikut ini:
                                                  
Gambar   3.2 Diagram Alir Kegiatan Penelitian

3.3.1        Penjelasan Tahap Penelitian
1.        Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan 2 kegiatan yaitu, perumusan masalah dan studi literatur.
a.       Perumusan masalah adalah langkah awal dilakukan dalam penelitian laporan tugas akhir.
b.      Studi literatur.
Pada tahap ini dilakukan kajian pada beberapa literatur yang berhubungan dengan proses penelitian tugas akhir serhingga mengetahui proses penelitian tugas akhir ini dan mengetahui prosedur penelitian yang benar dan dapat menjadi acuan.



2.        Tahap pengumpulan Data
Pada tahap ini merupakan Data sekunder yaitu pengambilan data dari Kantor Wilayah  Propinsi Kalimantan Selatan meliputi hasil pengukuran kerangka kontrol horisontal orde-3 di Kota Banjarmasin


3.        Tahap Pengolahan Data
Gambar   3.2  Diagram  Pengolahan Data dan Tahap Akhir
                    Berikut penjelasan Diagram Alir:
-       Data yang digunakan adalah data pengukuran orde-3 dengan survai GPS oleh Kantor wilayah BPN Propinsi Kalimantan Selatan di kota Banjarmasin sebanyak 44 titik dengan 2 titik ikat orde-2.
-       Dari bentuk jaring pengukuran orde-3  ini akan dilakukan variatif bentuk jaring dengan cara mengurangi baseline-baseline yang merupakan ukuran lebih pada pengukuran yang telah dilakukan oleh Kantor Wilayah BPN Propinsi Kalimantan Selatan. Pembuatan variatif berbagai bentuk jaring ini  disesuaikan dengan spesifikasi teknis pengukuran orde-3 dalam SNI JKGN 2002 dengan mengurangi baseline-baseline dari ukuran lebih, apabila telah sesuai dengan spesifikasi maka akan berlanjut ke proses berikutnya.
-       Dalam penelitian ini akan dilakukan perhitungan 2 kali yaitu perhitungan koordinat serta ketelitian orde-3 dengan mengikutkan sertakan ketelitian titik ikat  yang digunakan dan perhitungan tanpa mengikutkan ketelitian titik ikat tersebut.
-       Perhitungan koordinat akan dilakukan dengan menggunakan metode perataan parameter dengan bantuan software Matlab.
-       Setelah mendapat hasil koordinat orde-3 dan ketelitiannya maka akan dilakukan analisa pada tahap akhir.
4.    Tahap Akhir
a.         Analisa
-      Ketelitian Koordinat Orde-3
       Dari masing-masing perhitungan perataan parameter baik dengan ketelitian orde-2 maupun tidak, maka diperoleh koordinat orde-3 serta ketelitian. Sehingga dalam hal ini akan dilakukan perbandingan koordinat dan ketelitian yang diperoleh dan dapat diketahui dari varian kovariannnya.
-      Bentuk Jaring
       Dari bentuk jaring pengukuran orde-3 ini setelah dilakukan variatif berbagai bentuk jaring dan perhitungan  maka dapat di dilakukan analisa tentang perubahan bentuk jaring dan jumlah baseline serta dapat dipeoroleh bentuk jaring yang optimal.
-      Nilai Optimal Desain
       Dari variatif berbagai bentuk jaring dan perhitungan dengan menggunakan perataan parameter ini maka dapat diketahui nilai optimal desain  dapat dilihat dari kovaktornya dengan rumus (tr Qxx), dalam penelitian ini juga akan dilakukan analisa menegenai nilai optimal desain antara nilai optimal desain pada perencanaan dan nilai optimal desain yang didapat setelah dilakukan variatif bentuk jaring.
b.        Hasil dan Kesimpulan
Hasil Akhir dari penelitian ini adalah bentuk jaring yang optimal serta ketelitinnya dari pengukuran yang telah dilakukan oleh Kantor wilayah BPN Propinsi Kalimantan Selatan, kemudian saran perbaikan dan rekomendasi.









BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN


4.1         Jadwal Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian tugas akhir ini diperkirakan selesai selama lima bulan. Adapun rencana jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1. berikut:
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Tugas Akhir
No
Kegiatan
Bulan
I
II
III
IV
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
Tahap Persiapan

















  1. Rumusan Masalah
















  1. Studi Literatur
















2.
Tahap Pengumpulan Data
















3.
Tahap Pengolahan Data
















4.
Tahap Akhir

















  1. Analisa
















  1. Hasil Akhir dan Kesimpulan
















5.
Penulisan Laporan

































DAFTAR PUSTAKA



BPN (Badan Pertanahan Nasional). 1997. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan PertanahanNasional No. 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Jakarta: Badan Pertanahan Nasional.

BSN (Badan Standardisasi Nasional). 2002.Standar Nasional Indonesia Jaring Kontrol Horisontal. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

Maula Y dan Kamil.-----. Strategy For Designing Geodetic GPS Networks With High Reliability And Accuracy. Turkey : Geodesy And Photogrametry Engineering Departemet, Karadeniz Technical University.

Mikhail, E. M., dan Gordon Gracie. 1981.Analysis and Adjustment of Survey Measurement. New York: Van Nostrand Reinhold Company, Inc.

Muhamadi, Mansur dan Ira Mutiara. 2002.Hitung Perataan I. Surabaya: TeknikGeodesi Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Nugroho,Widyo.1979. Perataan Jaring Segitiga. Departemen Geodesi-FTSP ITB Bandung

Handoko,Eko Yuli.-----. Optimasi Kerangka Dasar. Teknik Geodesi - ITB

Petunjuk Teknis PMNA/ KBPN Nomor 3 Tahun 1997 Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Purworahardjo,Umaryono U.1994. Ilmu Hitung Perataan Seri A. Departemen Geodesi-FTSP ITB Bandung

Widadi. 2008. Maps Kerangka Dasar Pemetaan, <URL:http://widadiaksoprabu.blogspot.com/2008/07/kerangka-dasar-
pemetaan.html>.Dikunjungi pada tanggal 20 September 2008, jam 08.15WIB.

Wolf, Paul R., dan Charles D. Ghilani. 2002.Elementary Surveying: An Introductionto Geomatics. New Jersey: PrenticeHall.
---------. 2009. letak-geografis-kalsel < URL:http://infokalimantan.wordpress.com/2009/05/21> Dikunjungi pada tanggal 18 September 2010, jam 08.00WIB.